Minggu, 08 September 2013

Muh. Gozy Basayev Al Hafidz

Muhammad Gozy Basayev, penghafal Al-Qur’an cilik dari Makassar

5Al-Qur’an senantiasa di jaga keasliannya
Setiap Muslim pastilah menyakini bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT dan keasliannya sampai sekarang masih terjaga. Dalam Al-Qur’an sendiri Allah SWT dengan jelas memberikan informasi kepada seluruh ummat manusia bahwa Dia lah yang menurunkan Al-Qur’an dan senantiasa menjaganya.
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Az-Zikra (Al-Qur’an) dan Kami juga yang menjaganya” (QS Al Hijr 15: 9)
Salah satu cara Allah SWT menjaga keaslian Al-Qur’an adalah dengan memberikan kemampuan kepada sebagian kecil ummat manusia untuk dapat menghafal isi Al-Qur’an diluar kepala. Sejarah telah menunjukkan bahwa setiap zaman mulai dari zaman para Nabi, Sahabat, Tabiit tabiin, salafush shalih hingga saat ini akan selalu ada manusia-manusia yang hafal dan paham Al-Qur’an.
Para Penghafal Al-Qur’an sepanjang zaman
Sudah tidak pelu diragukan lagi bahwa zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat merupakan era keemasan kaum muslimin dimana Nabi dan para sahabat nya sangat akrab dengan Al-Qur’an dan tentu saja mereka adalah para penghafal Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW sendiri pada dasarnya tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis tetapi beliau sendiri diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menghafal ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Pada saat pertama kali Al-Qur’an diturunkan di gua Hira, malaikat Jibril memerintahkan Nabi untuk membaca wahyu pertama (surat Iqra) tetapi Nabi mengatakan “Saya tidak bisa” hingga malaikat Jibril mengulangi tiga kali dan Nabi menjawab dengan ucapan yang sama. Pada akhirnya, Jibril pun membacakan wahyu tersebut dan Nabi mengikutinya. Setelah peristiwa di gua Hira tersebut, satu persatu ayat Al-Qur’an diturunkan dan Nabi sendiri menghafalnya. Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW senantiasa mengulangi hafalannya secara intensif di bulan Ramadhan dengan Malaikat Jibril sebagai “pembimbing”nya.
Para Sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan pun terkenal sebagai para penghafal Al-Qur’an. Setelah era para sahabat kita mengenal sosok Imam Syafi’i yang sudah hafal keseluruhan Al-Qur’an sejak umur 9 tahun.
Memasuki abad ke-19, walaupun dunia sudah semakin rusak dan ummat Islam semakin terpuruk, kita masih tetap dapat menemui nama-nama para ulama maupun pejuang Islam yang hafal dengan Al-Qur’an seperti Imam Hassan Al-Banna, Sayyid Qutb hingga panglima perang Chechnya Shamil Basayev.
Bocah Penghafal Al-Qur’an dari Iran
Belum lama ini kita mendengar dan membaca bahwa di Iran terdapat seorang bocah bernama Hussein Tabataba’I yang hafal dan paham Al-Qur’an sehingga pada usia 7 tahun dia di berikan gelar Doktor Honoris Causa dari Hijaz College Islami di Inggris.
Ketika penulis membaca buku-buku referensi yang menceritakan “success story” dari bocah Iran ini diam – diam dalam hati kagum dan bertanya-tanya “Apakah mungkin ada anak Indonesia yang mempunyai kemampuan serupa?” Jika ada, mungkin ini bisa menjadi keberkahan tersendiri buat bangsa ini yang sedang dilanda krisis moral luar biasa.
Ternyata jawaban dari pertanyaan tersebut ada! Siapakah dia? Mari kita ikuti pembahasannya dibawah ini.
Bocah Penghafal Al-Qur’an dari Makassar
Muhammad Gozy Basayev nama lengkapnya. Lahir 24 Juni 2000, Gozy – biasa dia dipanggil – adalah putra pertama pasangan M.Natsir dan Erika yang bertempat tinggal di Makassar Sulawesi Selatan. Sejak usia 6 tahun, Gozy telah memulai untuk menghafal Al-Qur’an dan dalam waktu 2 tahun dia berhasil menghafal seluruh Al-Qur’an diluar kepala.
Inspirasi dari Shamil Basayev
Ketika Gozy lahir saat itu sedang terjadi perang antara mujahidin Chechnya melawan pasukan Rusia. Salah seorang komandan perang Chechnya yang terkenal ketika itu adalah Shamil Basayev. Dia adalah seorang Mujahid yang gagah berani dan juga seorang yang hafidz Al-Qur’an. Ayah Gozy sangat terinspirasi dengan profile beliau sehingga memberikan nama anaknya Muhammad Gozy Basayev yang berarti Muhammad – diambil dari Nabi Muhammad, Gozy yang berarti pejuang dan merupakan syuhada Kaukasus pada abad perengahan sedangkan Basayev merupakan nama belakang Shamil Basayev.
Lahir dari Keluarga biasa dan hampir dimasukkan ke sekolah Nasrani
Pada umumnya, seorang penghafal Al-Qur’an lahir dari keluarga yang sangat dalam ilmu keislamannya. Gozy kecil lahir bukan berasal dari keluarga Ustadz ataupun kyai tetapi datang dari seorang ayah yang hanya seorang karyawan di sebuah perusahaan musik dan Ibu rumah tangga. Kemampuan membaca Al-Qur’an kedua orangtuanya pun biasa-biasa saja. Tetapi walaupun demikian kedua orang tuanya memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya yaitu menjadi penghafal Al-Qur’an.
Berdasarkan referensi yang penulis dapatkan langsung dari ayahnya, Gozy kecil pada awalnya akan dimasukkan ke sekolah Nasrani dengan alasan gengsi dan kualitas sekolah yang lebih baik, tetapi Allah SWT ternyata merencakan lain dan mentakdirkan Gozy untuk masuk kedalam Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di kota Makassar.
Sebenarnya kemampuan luar biasa Gozy dalam menghafal Al-Qur’an pertama kali ditemukan bukan oleh kedua orangtuanya tetapi oleh guru privatenya Dra Almira W yang biasa di panggil oleh Gozy sebagai Kak Mira.
Motivasi mengangkat derajat orang tua dan kesabaran menghadapi ujian
Motivasi utama Gozy untuk bisa menjadi seorang yang hafal Al-Qur’an adalah untuk mengangkat derajat orangtuanya di mata Allah SWT karena dia takut orangtuanya tidak bisa masuk syurga kelak. Dia pernah mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin hafal Al-Qur’an sebelum 1430 H atau 2008 ini karena takut kedua orangtuanya meninggal terlebih dahulu.
Karena motivasi yang sangat besar dari Gozy dan sejak awal ayah dan Ibu Gozy menginginkan anaknya untuk menjadi penghafal Al-Qur’an maka selain bersekolah di SDIT dia pun dimasukkan juga ke sekolah para penghafal Al-Qur’an pimpinan Ust. Syam Amir. Gozy kecil sempat ditolak dengan alasan usia yang masih sangat muda yaitu 6 tahun dimana rata-rata murid yang lain berumur 10 tahun. Tetapi karena melihat semangat yang sangat besar dari Gozy maka dia diperbolehkan masuk dari sehabis sholat Maghrib sampai Isya. Sebelum masuk ke dalam tahap menghafal Al-Qur’an, Gozy harus melalui tahap perbaikan bacaan (tahsin) terlebih dahulu
Ketika pertama kali bergabung dengan sekolah ini Gozy sempat kaget karena rata-rata teman-temannya disekolah tersebut telah hafal lebih dari 1 Juz sedangkan dirinya pada saat itu baru hafal Juz 30. Selain itu Gozy juga di “vonis” mempunyai masalah pernafasan yaitu nafasnya pendek sehingga beberapa kali gagal dalam tes menjadi penghafal Al-Qur’an. Tetapi saat itu Gozy dengan sabar terus berusaha dan melatih kemampuannya di rumah bersama kedua orangtuanya. Akhirnya setelah itu, Gozy pun dapat diterima sebagai penghafal Al-Qur’an dan bertambah semangat.
Untuk mengatasi masalah pernafasannya Orang tua Gozy melatihnya dengan rutin mengajak dia berenang.
Mendengar, Berlatih dan Bimbingan Intensif
Salah satu metode yang dipakai oleh Gozy dan kedua oangtuanya adalah dengan memperdengarkan bacaan Al-Qur’an melalui kaset-kaset Murattal dan dengan intensif berlatih dirumah dengan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an. Selain itu Gozy juga dilatih secara intensif oleh guru-guru yang sangat kompeten seperti Ust. Nashruddin, Nasruddin, Zaenal, Rahmat, Akbar, Khadiq dan Dzulfikar yang merupakan asisten dari Ust. Syam Amir (beliau pernah menjuarai lomba hafalan Al-Qur’an internasional di Mesir)
Menjaga Makanan dan Perilaku
Berdasarkan pengakuan dari sang ayah, selain rajin berlatih salah satu kunci kesuksesan untuk mudah menghafal Al-Qur’an adalah dengan menjaga agar jangan sampai ada makanan tidak halal yang dikonsumsi oleh Gozy. Oleh karena itu Ibunya memesankan catering dari sekolahnya untuk memastikan sumbernya. Selain itu kedua orangtuanya juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan teladan yang baik kepada Gozy dalam hal perilaku.
Khatam Menghafal pada saat ulang tahun sang ayah
Gozy berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an nya tepat pada tanggal 30 Juli 2008 atau tepat pada ulang tahun ayahnya. Dia memang berniat menyenangkan ayahnya sehingga dia pun rela untuk menambah hafalannya hingga 1 Juz per hari.
Sampai saat ini Gozy masih secara rutin mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an nya untuk menjaga agar tidak hilang dan semakin lancar.
Sayang Adik, berprestasi di sekolah dan mahir bermain piano
Selain hafal Al-Qur’an Gozy juga terkenal berprestasi dalam bidang akademis dengan menjadi juara pertama di sekolahnya. Tidak hanya itu, Gozy juga mahir dalam bermain piano klasik karena sejak kecil sudah berinteraksi dengan musik. Tetapi walaupun Gozy memiliki beberapa keistimewaan dia tetap seperti seorang anak kecil yang masih senang bermain sepakbola, menonton film kartun dan juga bermain games di MP5. Dia juga sangat sayang terhadap adiknya Muhammad Haitsam Sidqi.
Berhasil mendaki Gunung Bawakaraeng
Sebagai seorang penghafal Al-Qur’an Gozy banyak dianugerahi kemudahan oleh Allah SWT yang salah satunya adalah kekuatan fisik. Hal ini dibuktikannya ketika ayahnya mengajak Gozy untuk mendaki gunung Bawakaraeng di Makassar.
Perlu diketahui bahwa gunung ini terletak 2871 M diatas permukaan laut dan merupakan satu dari puluhan puncak gunung tertinggi di Sulawesi Selatan. Untuk mencapai puncak gunung ini dibutuhkan waktu 6-8 jam. Walaupun gunung ini cukup tinggi dan membutuhkan waktu perjalanan yang panjang Gozy dengan mudah berhasil menaklukkannya. Bahkan oleh beberapa pendaki Gozy di sebut sebagai pendaki termuda yang berhasil sampai ke puncak Bawakaraeng.
Motivasi untuk keluarga Muslim
Tujuan penulis mengangkat kisah tentang Gozy adalah sebagai sebuah hikmah dan motivas buat seluruh keluarga Muslim di Indoensia bahwa kita harus bertekad untuk mengenalkan Al-Qur’an sejak dini kepada seluruh anggota keluarga dan berusaha untuk mencetak anak-anak yang hafal dengan Al-Qur’an.
Kisah Gozy diatas membuktikan bahwa untuk memiliki seorang anak yang mampu hafidz (nama untuk orang yang hafal Al-Qur’an) tidak harus menjadi kyai atau ustadz terlebih dahulu tetapi cukup dengan mempunyai mimpi, niat dan bersungguh-sungguh merealisasikannya.
Penulis yakin bahwa ketika kita memiliki anak yang akrab dan bahkan hafal Al-Qur’an maka akan banyak keberkahan dan kemudahan yang diperoleh oleh kedua orang tuanya baik di dunia maupun akhirat
Wallahu alam bis shawab

Selasa, 28 Februari 2012

TOTAL QUALITY CONTROL ( TQC )

TOTAL QUALITY CONTROL ( TQC )

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah informasi bahwa Persatuan Guru Madrasah (PGM) Kabupaten Purwakarta pernah menggelar seminar tentang penerapan konsep Total Quality Control di sekolah. Juga di harian Pikiran Rakyat pernah diberitakan bahwa ada SMK yang sudah menerapkan konsep TQC. Dalam tulisan ini Saya ingin sharing tentang konsep TQC yang pernah saya pelajari ketika saya bekerja di sebuah pabrik tekstil kepunyaan orang Jepang. Memang sebenarnya konsep TQC berasal dari Negara Jepang yang dipelajarinya dari Amerika sekitar tahun 1950 an, dari seorang professor yang bernama Profesor Deming.

Substansi Tujuan TQC adalah kepuasan pelanggan, adapun di sekolah yang menjadi pelanggan atau costumer adalah para siswa dan orang tua murid. Untuk mencapai tujuan TQC tsb, berikut adalah selayang pandang fundamen TQC yang dapat digambarkan sbb :

Intinya bahwa fundamen TQC harus mencakup beberapa aspek tsb di atas :

Sistem di tiap unit kerja/Departemen , harus ada system tertulis yang mengatur pengelolaan pekerjaan di tiap unit kerja. Kalau mengacu pada prinsip dasar ISO (International standard organization), "kita harus menulis apa yang biasa dikerjakan dan mengerjakan apa yang tertulis."

Tiap individu, maksudnya tiap individu (kalau di sekolah berarti tiap Guru, Staff adm, petugas kebersihan , satpam dan siswa itu sendiri) harus peduli (aware) pada qualitas. Tidak bisa mengatakan kalau urusan qualitas adalah urusan Pengelola Sekolah atau urusan LPMP atau urusan dan tanggung jawab Guru semata. ( every body has to participate )

Metode, artinya harus ada metode yang dipakai untuk mengendalikan kegiatan peningkatan qualitas, missal dengan adanya kelompok-kelompok kecil yang mengadakan kegiatan peningkatan qualitas dengan akurat atau disebut juga dengan GKM (gugus kendali mutu).

Tujuan TQC:

Q (quality) : Harus ada spirit, semangat dan motivasi untuk mencapai qualitas yang lebih baik (better quality)

C (Cost) : Artinya biaya yang efisien dan efektif, tidak ada pemborosan, mengurangi pembelian hal-hal yang tidak atau kurang penting.

D (Delivery/pengiriman) : Dapat diartikan bila di sekolah adalah penyampaian data atau pekerjaan apa saja yang tepat waktu.

S (Safe/ aman) : Artinya lingkungan sekitar kita harus aman dari kemungkinan kecelakaan atau dapat mencelakakan siswa, guru, tamu, orang tua murid.

M (Morale) : Hal ini menyangkut sikap, karakter, kebiasaan. Misalnya lebih jujur, lebih bertanggung jawab, lebih peduli, lebih kooperatif, lebih disiplin dsb. Menurut hemat saya, bagi Muslim bisa berarti upaya untuk mendekati dan menerapkan sifat-sifat Allah yang tertulis dalam Asma'ul Husna.

E (Environment/Lingkungan) : Aspek
lingkungan dapat kita tambahkan sbg salah satu tujuan dari TQC, misalnya bagaimana menciptakan lingkungan sekolah, pesantren yang lebih terkendali kebersihannya, lebih hijau dengan tanaman, lebih tertata rapih dan bersih baik di halaman maupun di ruang-ruang kantor, ruang guru, kamar mandi, bahkan sampai ke laci-laci / locker – locker yang ada.

Demikian sepintas tentang konsep TQC yang sudah mulai di adopsi di dunia pendidikan, dan sepantasnya memang kita memulai dari hal-hal kecil dulu, mulai dari diri masing-masing dan mulailah dari sekarang. Alhamdulilah, Yayasan Al-Muhajirin sudah melangkah untuk selalu memperbaiki qualitas lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawahnya secara organisatoris dengan didirikannya LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan). Mudah-mudahan manfaat.

READ MORE - MAKNA PENJAMINAN MUTU


SIAP-SIAP… SUPERVISI PENDIDIKAN


Di kalangan para Guru, bila terdengar akan ada supervisi pendidikan dari Diknas biasanya cukup membuat repot dan stres para Guru juga Kepala Sekolah, apalagi kalau terdengar akan ada yang namanya akreditasi. Benarkah kita harus repot dan stres bila akan ada supervisi atau akreditasi? Mungkin ada benarnya apa kata Gus Dur, " Gitu aja kok repot..!".

Menurut hemat saya, kita tidak perlu repot dan stres, asalkan kita sudah terbiasa sejak lama dengan segala persiapan administrasi pengajaran dan bagaimana sebaiknya kita mengajar.

Di lingkungan SD Plus Al Muhajirin, juga sebelumnya di TK Al Quran Al-Muhajirin sudah dilaksanakan Supervisi Pendidikan, khususnya observasi kelas, namun bukan oleh Diknas, tapi dilaksanakan oleh LPMP dan Yayasan.

Di SD Plus Al-Muhajirin telah dilaksanakan observasi kelas pada tanggal 8 Oktober 2009 s.d tanggal 14 Oktober 2009 bagi 39 orang Guru.

Adapun team Observer-nya adalah: Ifa Faizah Rohmah M.Pd., H.R Marfu Muhyidin Ilyas MA., Drs. Wawan Suherwan, Cece Nurhikmah M.Ag. & Drs. Sudirman S. Juga dibantu oleh panitia yang terdiri dari Deden Saepudin S.Pd.I., Haerudin Jamil S.HI. dan Buldan Taufik S.Ag.

Observasi kelas pada dasarnya mengamati aspek:

  1. Persiapan Mengajar (Adm. Pengajaran) meliputi: Program Tahunan, Program Semester, Silabus, KKM

dan KD, RPP, dan buku nilai.

  1. KBM, meliputi: Pendahuluan, Kegiatan Pokok, dan Penutup.
  2. Interview, dilaksanakan setelah observasi kelas selesai.

    Salah satu point tujuan umum Supervisi Pendidikan sebagaimana dikatakan Ametembun,

dosen UPI adalah, "Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan

mutu mengajar dan belajar pada khususnya,"kemudian salah satu tujuan khususnya adalah :


"Membantu guru- guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid.. serta memperbesar

kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif ".

Tujuan supervisi pendidikan tersebut di atas sejalan dengan arti semantik supervisi pendidikan yaitupembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

Beberapa prinsip Supervisi antara lain adalah: bukan mencari kesalahan, tidak berasas

kekuasaan, sederhana dan informal serta tidak bisa terlalu cepat mengharapkan hasil, karena memang

perlu waktu untuk berproses.

Salah satu prinsip supervisi tersebut adalah bukan mencari kesalahan, tapi bukan berarti tabu mendiskusikan kekurangan kekurangan yang ada karena memang tak ada orang yang sempurna,

(no body perfect), yang penting dalam hal ini bagi seorang guru yang diobservasi adalah mau membuka hati dalam interview setelah observasi kelas dan siapsharing serta bersedia mendengarkan saran-saran perbaikan yang disampaikan observer dengan 'positif thinking' dan legowo untuk kemudian mau melakukan perubahan-perubahan secara bertahap dan terus menerus. Bukankah Rasulullah pun pernah bersabda, "bila hari ini sama dengan hari kemarin, maka rugilah kita. Apalagi bila hari ini lebih jelek dari hari kemarin maka kita akan celaka, namun kita akan beruntung bila hari ini lebih baik dari hari kemarin". Amin.